Kamis, 25 Juni 2015

Ainun Nisa, Tetap Berprestasi Meski Hidup Dalam Kekurangan

Ainun Nisa kedua dari kanan depan saat mengikuti pelatihan
kerajinan tangan di LKP Adenis

Ainun Nisa seorang gadis yang memiliki keterbatasan ekonomi namun memiliki motivasi belajar yang luar biasa, patut kita contoh oleh anak-anak lainnya terlebih anak yang memiliki dukungan financial yang memadai.

            Sebut saja ‘Ain Gadis kelahiran Cilegon, 15 Desember 2000 ini  dilahirkan 15 tahun yang lalu dari rahim seorang Ibu bernama Juariyah. Ia dibesarkan oleh kedua orang tuanya dilingkungan yang serba kekurangan. Ayahnya bernama Nadif  Sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja atau menafkahi keluarganya bukan karena faktor usia tapi karena sebuah penyakit yang dideritanya. Sekitar satu tahun yang lalu Ayahnya kembali di operasi lantaran Usus Buntu yang menimpanya. Sehingga mengharuskan Ayahnya dirawat di RS Panggung Rawi saat itu, karena Faktor Biaya yang tidak mencukupi akhirnya Ayahnya dipulangkan dan dirawat dirumah. Sebagai seorang anak pertama dikeluarganya ‘Ain merasa iba melihat keadaan keluarganya terutama melihat Ayahnya yang kadang hanya makan sesuap Nasi tanpa lauk. Pikiran ‘Ain semakin mengacau yang ia pikirkan bukan saja Orang Tuanya tapi ketiga Adiknya yang masih balita yang seharusnya mendapatkan asupan gizi yang seimbang.

            Ditengah penderitaan keluarganya ‘Ain tak pernah mengeluh dengan apa yang telah Allah berikan karena ‘Ain yakin Allah punya rencana lain yang lebih baik didepan. Ibunya tak pernah  menyerah untuk memotivasi ‘Ain “Jangan pikirkan apa yang sekarang tidak bisa kita lakukan tetapi perjuangkan apa yang sekarang kita mampu lakukan” pesan Ibunya.  kata-kata itu yang memotivasi ‘Ain untuk terus gigih menempuh pendidikan. Tak ada kata waktu luang untuk ‘Ain karena waktunya ia pergunakan sebaik mungkin dari pagi hari setelah sholat shubuh ia sempatkan untuk belajar mengaji di Mushola bersama Guru ngajinya, sebelum ia ke sekolah ia membantu Ibunya untuk mempersiapkan kebutuhan Adik-adiknya. Ia tak mengenal kata lelah ketika pulang sekolah disaat Anak-anak seusianya asik bermain, ia membantu Ibunya mempersiapkan dagangan yang akan ia jual ketika ia sekolah di Madrasah seperti cilok, cireng, dan bakwan. Keuntungan yang didapat tidak seberapa bahkan kadang terbilang rugi hanya saja dengan cara itu Ibunya dapat memberi makan keluarganya untuk sehari besoknya jika ingin kembali makan ‘Ain harus kembali berjuang melawan keringat.

            Keadaan tidak pernah membuat ‘Ain patah semangat untuk belajar selain ia berjuang keras untuk keluarga, disekolahnya ia selalu dibanggakan oleh guru-gurunya, akademiknya sangat memuaskan serta membanggakan bagi kedua orang tuanya ia bisa membuktikan bahwasanya pintar bukan karena kaya tapi karena taqwa dan bodoh bukan karena miskin tapi karena malas. Sejak ia duduk dibangku Sekolah Dasar hingga sekarang ia duduk dibangku MTS Kelas 8 Ain selalu mendapatkan peringkat ke 1 di Sekolahnya. Bukan sekedar berprestasi dibidang akademik saja Ain juga berprestasi disegala bidang seperti lomba berpidato juara I, MTQ (Qori,ah) juara I, Kaligrafi Juara I, CC (II), Catur (I) dan lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Berkat prestasinya ‘Ain kini menjadi kebanggaan keluarganya dan lingkungan sekitarnya dan guru-gurunya.

Pada tahun 2012 yang lalu Ain bergabung menjadi anak juara RZ Cilegon. ‘Ain sangat senang bisa mengikuti kegiatan-kegiatan seperti mentoring atau pembinaan yang kerap RZ Cilegon adakan setiap minggunya. Beberapa minggu yang lalu ‘Ain sempat tidak hadir dipembinaan  lantaran banyak sekali kegiatan-kegiatan yang menyebabkan Ain berhalangan hadir dalam pembinan tersebut yang sering menjadi penghambat adalah masalah kendaraan. Lokasi pembinaan yang sangat jauh terkadang membuat ‘Ain harus berjalan kaki terlebih dahulu untuk mencari mobil angkot yang lewat, itu juga jika hari senin- sabtu mobil angkot biasanya ada saja yang  lewat tapi jika sekolah sedang libur maka tidak ada mobil yang lewat di jalan dimana Ain bertempat tinggal yaitu di lingkungan Pasir Anggin Cikerai Cibeber. ‘Ain harus mencari teman atau ojeg agar bisa sampai ke tempat pembinaan di jerang permai.

“Sebelum menjadi anak juara di Rumah Zakat, keadaan ekonomi keluarga saya selalu tidak tercukupi terutama biaya sekolah dan sangat serba kekurangan . bahkan terkadang saya berharap ada peti harta karun jatuh dari langit. Kini setelah saya menjadi anak juara di Rumah Zakat keadaan ekonomi keluarga saya cukup membaik dan kebutuhan-kebutuhan kecil keluarga saya mulai terpenuhi”. Tutur ‘Ain saat ditanya oleh salah satu mentor Rumah Zakat kala itu.  
Mottonya Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Cita-citanya menjadi seorang Dosen impiannya yang masih belum tercapai saat ini adalah memberangkatkan Haji kedua orang tuanya ke Baitulloh, mempunyai kendaraan, menghafal Al-Qur’an, membelikan Ayah dan Ibu Jendela untuk rumahnya yang sudah mulai bolong-bolong ia juga berharap bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Orang Tuanya mendidik anak-anaknya dengan penuh kesabaran dan perhatian yang sangat besar. Ain dan Adiknya yang bernama Ade Farhan yang kini duduk dibangku kelas 6 Sekolah Dasar kerap menjuarai berbagai perlombaan seperti MTQ ditingkat kecamatan, Kota bahkan Propinsi. Dan sering tampil mengaji diperbagai acara seperti khitanan, pernikahan, perpisahan dll. Walaupun dalam keadaan yang serba keterbatsan namun orangtua Aini dan farhan patut bersyukur karena memiliki anak-anak yang berprestasi disegala bidangnya.


Itulah kisah Anak Juara Cabang Cilegon yang telah berjuang lewat belajar demi melihat orang tuanya bangga. Semoga kisah ini menjadi motivasi bagi kita bahwa kekurangan bukan alasan untuk tidak berprestasi.

Ditulis oleh: Siti Rohmah Angelina (alumni Anak Juara tahun 2015)

0 comments